Sunday, June 12, 2011

Lupa

Selama ini orang-orang yang mengenal saya sebagai orang yang dewasa (bahasa halus dari tua xp). Ya, saya memang tidak selalu punya pemikiran yang sama dengan orang-orang seusia saya dalam beberapa hal. Saya seringkali memikirkan dan merencanakan masa depan (baca : khawatir!!). Sulit bagi saya hanya memikirkan saat ini saja. Saya berusaha melihat dari segala sisi sebelum mengambil keputusan dan seringkali banyak pertimbangan. Hal ini yang membuat saya sangat berhati-hati ketika memutuskan melakukan atau mengucapkan sesuatu. Saya takut tindakan saya atau perkataan saya berakibat buruk sehingga saya berusaha mengantisipasi segala hal dengan membayangkan yang terburuk.

Namun, setelah dipikir-pikir ada benarnya kalau saya ini sudah tua. Apa salah satu sifat orang tua? Pelupa! Saya bukan lupa meletakkan barang atau lupa nama orang, tempat dan lain sebagainya (walaupun kadang-kadang lupa sih xp) tapi lebih kronis lagi saya lupa kebaikan Tuhan selama ini pada saya. Kronis karena saya mengaku orang percaya tetapi ketika menghadapi masalah, Tuhan bukan tempat pertama minta pertolongan. Saya memang berdoa pada Tuhan tapi sepertinya lebih banyak pengaduan, keluhan dan baru terakhir minta bantuan. Sudah begitu saya tidak sabar menunggu Tuhan. Saya menjadi begitu khawatir sehingga saya akan ke sana ke mari untuk mencari bantuan orang lain.

Lalu apa masalahnya dengan lupa? Lupa membuat saya tidak benar-benar ‘menunggu’ jawaban Tuhan. Saya takut Tuhan terlambat jawab atau jawaban tersebut tidak sesuai keinginan saya. Saya lupa pada kebaikanNya di masa lalu. Saya tidak benar-benar menghitung berkat saat masalah datang. Saya lupa saya selalu ‘mampu’ melalui batu kerikil maupun batu karang besar yang hadir dalam hidup saya. Dan tebak kepada siapa saya minta tolong pada saat itu? pada siapa saya berharap? Pada Tuhan! Jadi apa alasan saya bersunggut-sunggut, mengeluh, dan cemas akan masalah di masa depan???!!!

Ketika saya mencoba mengingat kembali kebaikan Tuhan di masa lalu, saya malu pada diri saya. Kapan saya pernah mengalami celaka? Tidak pernah! Kapan saya sakit tidak disembuhkan? Tidak pernah! Kapan saya pernah harus mengemis bahkan di saat krisis sekalipun? Tidak pernah! Kapan saya sedih dan dibiarkan putus asa? Tidak pernah! Kapan saya putus sekolah sekalipun kesulitan keuangan? Tidak pernah! Sekalipun demikian saya mengeluh “mengapa saya punya keluarga seperti ini?” “mengapa masalah di rumah sesulit ini?” “mengapa saya harus mengalami kesulitan dan penolakan di masa depan?” “mengapa saya tidak bisa ini, itu?” saya khawatir terus tentang masa depan saya. memalukan!!!

Tuhan, maafkan saya karena lupa akan kebaikanMu selama ini…Tuhan selalu baik, selalu baik terlepas dari apa yang saya alami dan apa yang saya rasakan. Saya akan belajar fokus mengingat dan menghitung kebaikanMu yang tak terhingga itu di saat ombak besar kehidupan mulai mengancam saya. Tuhan sungguh kepadaMulah masa depan saya serahkan. Saya tetap akan memikirkan masa depan tetapi saya akan berhenti setiap kali kekhawatiran mulai menggerogoti pikiran saya.


Bila topan k’ras melanda hidupmu, bila putus asa dan letih lesu,
berkat Tuhan satu-satu hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya.
Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau ‘kan kagum oleh kasihNya.
-KJ. 439 BILA TOPAN K’RAS MELANDA HIDUPMU
Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya.